Bisnis pada dasarnya adalah tentang memberi solusi kepada orang lain dan mendapatkan materi sebagai kompensasi atas solusi yang diberikan. Definisi inilah yang menjadi dasar dari lahirnya istilah technopreneur yang selama ini banyak diimpikan dan ingin dicapai oleh generasi muda Indonesia.
Jika mengacu dari kata technopreneur, mungkin banyak yang sudah bisa memperkirakan bahwa ada peran teknologi di sini. Pengertian technopreneur memang tidak jauh-jauh dari teknologi. Seorang technopreneur pada dasarnya adalah seorang wirausahawan atau wirausahawati yang memanfaatkan teknologi mutakhir sebagai basis dalam mengembangkan bisnisnya.
Teknologi memungkinkan seorang pelaku bisnis untuk membuka bisnis dengan modal yang relatif kecil namun dengan hasil yang lebih maksimal. Arti technopreneur inilah yang kerap menarik perhatian. Namun untuk sampai ke sana, ada beberapa hal yang harus dilalui demi menjadi seorang technopreneur yang siap bersaing.
1. Mencari ide bisnis
Banyak hal bermula dari ide atau gagasan. Sebelum Facebook menjadi sebesar sekarang, awalnya media sosial ini juga hanya sebatas situs yang berisi informasi data dan informasi mahasiswa di sebuah universitas. Begitu juga dengan bisnis berbasis teknologi lainnya. Namun saat berbicara tentang arti technopreneur, ide saja tidaklah cukup.
Pengertian technopreneur tidak bisa lepas dari peran teknologi. Pemanfaatan teknologi adalah kunci dari technopreneurship itu sendiri. Meski demikian, technopreneurship pada dasarnya adalah tentang bisnis. Jadi ide yang dibangun tetap harus memiliki potensi untuk dimonetisasi.
Ide bisnis ini bisa datang dari mana saja. Bahkan Anda bisa memulainya dari sesuatu yang sederhana. Masalah yang Anda atau orang lain hadapi juga bisa menjadi ide bisnis. Berangkat dari sinilah, Anda bisa mengembangkannya menjadi sebuah bisnis yang merepresentasikan arti technopreneur yang sesungguhnya.
2. Paham teknologi
Anda bisa saja menjadi seorang technopreneur tanpa harus memiliki kemampuan mumpuni di bidang teknologi. Meski demikian, Anda tetap harus paham tentang teknologi yang digunakan dalam bisnis yang akan dijalankan.
Misalnya saja jika bisnis tersebut adalah bisnis toko online, setidaknya Anda harus tahu apa itu website, web hosting, domain dan hal-hal terkait toko online itu sendiri. Jadi di samping paham dengan produk yang dijual, seorang technopreneur juga harus paham tentang teknologi yang digunakan untuk menjalankan bisnisnya.
3. Kenali market
Pengertian technopreneur tidak hanya berbicara tentang pemanfaatan teknologi dalam bisnis. Seorang wirausahawan teknologi juga harus memahami bahwa teknologi tersebut pada dasarnya digunakan untuk melayani atau menjangkau market bisnisnya.
Misalnya saja dalam bisnis toko online, khususnya bisnis jualan pakaian batik. Seorang technopreneur harus tahu siapa market bisnisnya. Siapa orang yang membutuhkan pakaian batik dan suka belanja dengan cara online, itulah market yang harus difokuskan. Berangkat dari sini, Anda bisa merancang strategi bisnis yang efektif untuk menjangkau dan menarik perhatian mereka.
4. Membangun tim
Banyak bisnis yang awalnya dibangun oleh satu orang dan dijalankan sendirian. Saat bisnis masih kecil dan modal sangat terbatas, memang inilah satu-satunya jalan. Arti technopreneur memang tidak lepas dari kegigihan untuk meraih impian dalam dunia bisnis terutama teknologi. Meski demikian, sepintar atau sekuat apapun orang tersebut, ada keterbatasan yang bisa dilakukan oleh satu orang.
Pengertian technopreneur sebenarnya tidak hanya tentang membangun sebuah bisnis namun juga tentang membangun sebuah sistem. Untuk menjalankan sistem tersebut, Anda membutuhkan tim. Tim inilah yang akan membantu banyak hal dalam menjalankan bisnis Anda.
5. Mencari modal
Bisnis berbasis teknologi memang bisa dimulai dengan modal yang relatif kecil. Meski demikian, semakin besar modal yang dimiliki, semakin banyak pula yang bisa dilakukan. Jika Anda membuka toko online, modal akan menentukan kualitas website yang bisa dibuat nanti. Seberapa bagus tampilannya, apa saja fitur yang dimiliki dan seberapa cepat website dapat diakses, hal-hal seperti ini membutuhkan modal uang yang tidak sedikit.
Untuk mendapatkan modal, Anda bisa memulainya dari uang tabungan sendiri atau mencari investor. Meminjam uang di bank juga bisa menjadi salah satu opsi untuk menjadi technopreneur. Namun jika ingin meminjam uang sebagai modal bisnis, sebaiknya diperhitungkan dengan cermat agar tidak terjebak pada hutang yang tidak produktif.
6. Terus berusaha dan pantang menyerah
Dalam pengertian technopreneur, Anda sudah mengenal tentang peran teknologi dalam menjalankan bisnis. Namun sama halnya dengan entrepreneurship, terus berusaha dan pantang menyerah juga menjadi bagian penting dalam technopreneurship itu sendiri.
Anda harus berusaha keras untuk menjalankan bisnis berbasis teknologi. Di masa-masa awal, bisnis Anda mungkin tidak menghasilkan pemasukan sama sekali. Namun disinilah letak ujian pemahaman akan pengertian technopreneur. Selama Anda tidak berhenti berusaha, semua usaha yang dilakukan pasti akan memberi hasil yang sepadan.
7. Pasarkan bisnis
Setelah memiliki produk, mulailah untuk memasarkannya. Tanpa pemasaran, orang tidak akan tahu bahwa produk Anda benar-benar ada. Sesuai dengan pengertian technopreneur, pemasaran yang dilakukan sebaiknya juga dilakukan dengan memanfaatkan teknologi.
Pemasaran ini bisa dilakukan dengan banyak cara. Ada banyak media yang bisa dipilih sesuai dengan strategi pemasaran Anda. Misalnya saja melalui SEO, media sosial atau forum online.
Selain itu ada juga iklan berbayar seperti Google Ads, Facebook Ads atau sejenisnya. Dengan memahami pengertian technopreneur sepenuhnya, Anda akan bisa melihat media apa yang paling cocok untuk bisnis Anda.
8. Evaluasi secara berkala
Arti technopreneur tidak hanya terbatas pada menjadi pelaku bisnis berbasis teknologi. Dalam prosesnya, ada evaluasi yang harus dilakukan secara berkala. Apakah produk Anda mendapat respons positif atau justru sebaliknya? Apakah strategi pemasarannya sudah menjangkau market potensial?
Hal-hal seperti ini harus dievaluasi. Dengan evaluasi inilah, seorang technopreneur bisa cepat mengambil sikap yang tepat.
9. Selalu bersiap dengan perubahan
Dunia terus berubah, begitu juga dengan dunia bisnis. Menjadi seorang technopreneur artinya seorang wirausahawan teknologi harus bisa merangkul perubahan dan menjadikannya sebagai teman.
Jika bisnis yang dijalankan tidak memberi hasil yang diharapkan, Anda harus terbuka untuk melakukan perubahan. Ada banyak bisnis yang melakukan pivot sampai berkali-kali hingga menemukan bentuk terbaiknya. Setelah memahami pengertian technopreneur, Anda juga harus terbuka dengan hal-hal seperti ini dan siap untuk melakukan perubahan saat diperlukan.
10. Hilangkan ego
Pengertian technopreneur juga mengajarkan bahwa seorang pelaku bisnis harus realistis. Prinsip memang harus dimiliki. Namun Anda juga harus tahu mana prinsip dan mana ego. Di sinilah Anda akan memahami lebih jauh tentang bagaimana menjadi seorang technopreneur.
Ego tidak hanya menghambat seorang technopreneur untuk bekerja sama. Ego juga membuat seorang pelaku bisnis terjebak pada nilai-nilai lama yang mungkin sudah tidak lagi relevan dengan zaman. Karena itulah, seorang technopreneur harus bisa menghilangkan egonya. Jadi jika dibutuhkan, mereka bisa mengambil keputusan dengan lebih objektif dan realistis.
Arti technopreneur sebagai representasi dari pengusaha teknologi mengajarkan kepada para pelaku usahanya untuk aktif mengembangkan diri dan merangkul perubahan untuk meraih keuntungan. Meski demikian, adopsi teknologi memang tidak selalu mudah. Tanpa sistem yang baik, teknologi justru bisa membuat banyak hal menjadi lebih rumit.
Untuk alasan itulah, Anda membutuhkan mentor yang lebih berpengalaman dalam membangun bisnis yang tersistem dengan baik. Dengan mentorship dari Top Coach Indonesia, menjadi technopreneur yang berdaya saing bukanlah hal yang mustahil.