Apa hubungannya kata dan bisnis? Coba perhatikan 4 kasus terbesar yang membuat bisnis gagal.
Kadang masalah profit menurun tidak selalu berhubungan dengan keuangan dan pemasaran. Kebocoran terbesar terjadi akibat kurangnya komunikasi antar departemen atau dengan pelanggan.
Semoga Anda belajar sesuatu hari ini.
Eh, kata-kata yang terucap bisa jadi kenyataan, lho. Jadi komunikasikan hal-hal positif kepada team Anda, Tuhan memberikan warisan berupa kata-kata agar kita bisa menjalin sinergi yang luarbiasa di bisnis, keluarga maupun sesama.
Gunakan kata-kata dengan bijaksana, kata-kata Anda bisa mendatangkan profit.
Ingat 3 hal ini: Niat Anda, Tambang Emas dan Komunikasi, tiga hal ini mudah diingat namun perlu upaya keras untuk mepertahankan.
10 Statistik Perilaku Penjualan Yang Mencengangkan
- 44% dari tenaga penjualan menyerah setelah satu kali penolakan.
- Rata-rata salesman hanya melakukan 2 upaya follow up untuk menghubungi prospek. Sementara rata-rata untuk menghubungi prospek minimum 5 kali follow up baru akan terhubung.
- 80% dari penjualan memerlukan 5 follow up setelah pertemuan pertama.
- Penelitian menunjukkan bahwa 35-50% transaksi diberikan kepada vendor yang merespon paling cepat.
- Jika Anda menindaklanjuti permintaan dari website dalam waktu 5 menit, Anda 9 kali lebih memberi kemungkinan closing.
- 63% dari orang yang meminta informasi tentang perusahaan Anda hari ini tidak akan membeli setidaknya tiga bulan dan 20% akan mengambil lebih dari 12 bulan untuk membeli.
- Dari 100% database hanya 25% dari data prospek yang sah, lengkap, bisa difollow up.
- 50% dari lead, memang berkualitas tetapi belum siap untuk membeli.
- Lead yang dipupuk akan melakukan pembelian 47% lebih besar dari lead yang tidak dipelihara.
- Perusahaan yang mengotomatisasi manajemen memimpin melihat peningkatan pendapatan 10% atau lebih besar dalam 6-9 bulan
Ini Dia! 3 Hal Yang Membuat Penjualan Meledak!
Pada bulan Maret 2007 saya menemukan buku berwarna biru, judulnya Solution Focus Coaching, Making Coaching & Change SIMPLE. Tertulis pengarangnya adalah Paul Z Jackson adalah konsultan inspirasional, desainer, fasilitator jurnalis, produser senior BBC Radio dan Coach bersama Mark McKergow.
Coaching sangat efektif dalam membantu pengusaha mengembalikan fokus dan menggali potensi sedalam-dalamnya. Kita sudah memiliki sumber daya untuk sukses, sayangnya, banyak yang tidak menyadari.
Buku ini mengubah pandangan saya tentang motivasi, coaching, change, dan problem solving. Sebelumnya saya membayangkan bahwa mengatasi masalah harus fokus pada menemukan akar masalah. Maklum saya belajar Six Sigma dan Quality Tools di tahun 2004 dimana untuk mengatasi sebuah permasalahan kita harus secara detil memperhatikan masalah, akar masalah, hingga mendapat solusi atas problem tersebut.
Fondasi Mutlak Dalam Meningkatkan Penjualan
- Membangun Keyakinan Yang Kokoh
Ada sebuah pertanyaan yang saya ajukan kepada klien saya. “berapa kenaikan penjualan yang anda yakin bisa dicapai tahun depan?” Pertanyaan ini mengundang klien mengevaluasi kemampuannya dalam mencapai goal. Ia menjawab, saya dapat 100% aja udah happy, coach! Jika keyakinannya hanya 100% kenaikan, maka upayanya tidak akan lebih dari itu.
Yang menarik, ketika saya mengajak beliau untuk menghitung sumberdaya yang beliau miliki seperti:
- Jumlah pelanggan selama ini yang tidak pernah dihubungi kembali
- Potensi referensi dari pelanggan yang setia
- Kemampuan marketing dalam mendapat pelanggan baru
- Kapasitas mesin
- Network yang sudah dimiliki
Dari sana sudah bisa dipastikan potensinya lebih dari 1000% kenaikan. Nah, keyakinan ini yang akhirnya mengubah pandangan beliau akan kemampuan yang sudah dimiliki. Keyakinan berubah, tindakan akan berubah seketika.
Nah, apa keyakinan anda dengan goal Anda? Apa yang menghentikan Anda untuk mencapai prestasi yang lebh hebat lagi? Jika anda tahu anda tidak akan pernah gagal, berapa kenaikan penjualan yang bisa anda capai tahun depan?
- Membuat Goal Lebih Dekat
Ini masih berhubungan dengan keyakinan, hanya saja keyakinan ada dihati, membayangkan ada di kepala. Apa yang bisa anda bayangkan bisa anda lakukan.
Para ilmuwan, filsuf, ahli-ahli dan milyarder didunia pernah mengatakan segala sesuatu terjadi dua kali, pertama dipikiran kedua didunia nyata. Coba bayangkan, Erickson Coaching memberi saya tools berupa pertanyaan yang membawa klien merasakan goal itu sudah terwujud sehingga dapat membantu setiap klien dengan lebih cepat. Yang menarik, ketika kita anda mampu membayangkan goal terwujud, kita juga bisa memvisualisasikan strategi untuk mencapai goal tersebut.
So, bagaimana anda tahu jika goal anda sudah terwujud? Apa yang akan anda rasakan? Apa yang akan anda dengar? Apa yang akan anda saksikan? Apa perasaan anda dengan goal terwujudnya goal ini? Apa langkah-langkah yang telah anda lakukan untuk membuat bisnis ini sukses?
- Bersedia melakukan eksperimen
Erickson The Art & Science of coaching memberikan pertanyaan yang menggali lebih dalam agar klien berani mengambil tindakan. Misalnya, ketika kita tahu bisa mencapai sesuatu tapi tindakan yang masih berupa rencana yang kita pikirkan terlalu global, umumnya kita akan bingung saat kembali ke dunia nyata. Coaching memberi klien sebuah kemampuan untuk meramu action plan sedemikian rupa, sehingga ketika kembali ke lingkungan kerja mereka sangat paham dengan langkah pertama yang harus dilakukan.
Pertanyaan saya, apa hal-hal yang anda tahu harus dilakukan tapi anda tunda? Apa 1 hal yang jika anda lakukan dengan konsisten akan membawa perubahan besar dalam bisnis anda? Jika anda harus bereksperimen, apa tindakan yang mudah, murah dan mampu anda lakukan besok yang bisa memberi dampak yang sangat besar untuk bisnis anda?
Fakta Tentang Motivasi
Saya dulu berpikir bahwa bisnis tutup karena pengusahanya kurang motivasi. Makanya banyak motivator yang laku keras. Para pengusaha berusaha mendapat motivasi untuk kemudian berpikir bisnis akan berkembang setelah dimotivasi, jingkrak-jingkrak, joget-joget dengan musik yang keras, bahkan teriak-teriak dengan afirmasi yang positif.
Anehnya saat kembali ke dunia nyata, semua kempes seperti soda.Yah, kadang sebulan-dua bulan masih hot, tapi lama kelamaan gembos juga. Saya sering bertanya-tanya, mengapa bisa begitu?
Kita cenderung merasionalisasi tindakan kita, untuk membenarkan ini dan itu lalu menemukan alasan mengapa tindakan itu pantas dan memang tidak salah. Jadi kalau bisnis menurun, kita akan menyalahkan keadaan, merasa jadi korban pemerintah, dollar menguat, atau kadang menyalahkan Tuhan.
Meskipun saya memiliki segudang ilmu, sudah belajar dari orang hebat secara langsung mulai dari Robert Kiyosaki, Brad Sugars, Anthony Robbins, Keith Cunningham, Brian Tracy, Michael J.Losier, Jay Conrad Levinson, Jack Canfield, sampai Tung Desem Waringin dan James Gwee (karena menurut saya mereka juga layak disejajarkan dengan pembicara kelas dunia), saya tidak serta merta mudah membantu pengusaha yang terpuruk, bisnis lesu dan profit menurun.
Persepsi saya tentang motivasi yang dahulu kala adalah kita perlu mendapat masukan, feedback, dan semangat dari orang lain agar kita lebih maju. Namun kenyataannya adalah setelah diberi motivasi, koq masih ada saja yang loyo. Saya menemukan kesalahan persepsi yang saya tanamkan kediri saya selama bertahun-tahun.
Nah, selama ini salahnya dimana?
Kalau kita membedah makna kata motivasi sebenarnya menarik sekali. mo·ti·va·si (n), adalah : 1 dorongan yg timbul pada diri seseorang secara sadar atau tidak sadar untuk melakukan suatu tindakan dengan tujuan tertentu; 2 usaha yg dapat menyebabkan seseorang atau kelompok orang tertentu tergerak melakukan sesuatu krn ingin mencapai tujuan yg dikehendakinya atau mendapat kepuasan dng perbuatannya;
Jika dilihat secara kata-kata, ada sesuatu yang saya rasa perlu dipahami lebih dalam. Untuk membuat seorang termotivasi, pertama harus ada tujuan, kedua harus timbul dari diri sendiri bukan dari luar. Ini pencerahan luar biasa buat saya yang selama ini berpikir sempit tentang motivasi.
Rupanya, dalam dunia personal development, sangat bertolak belakang. Semakin fokus pada masalah semakin lemah diri kita untuk mencari solusi terbaik. Ibarat kata, kalau fokusnya pada masalah, bisa jadi masalahlah yang dijadikan motivasi. Artinya jika itu menjadi tujuan (menyelesaikan masalah), saat masalah hilang, maka hilang pula tujuan kita. Nah, kalau tujuannya hilang, motivasinya hilang dong? Ya, iya lah…
Inilah motivasi terbesar saya. Saya berjanji ingin membantu orang tua bukan dengan memberi uang, tapi menemukan cara terbaik agar bisa mendapat uang dengan layak. Saya bekerja sebagai pegawai penerbangan nasional hingga menjadi Head of Division Retail Business Development yang kerjanya membangun bisnis retail sebuah biro perjalanan nomor satu di Indonesia. Sampai akhirnya tahun 2006 saya memutuskan untuk menggunakan ilmu yang saya miliki untuk membantu pengusaha kecil dan menengah dengan mengambil franchise Business Coaching terbesar di dunia.
Mengapa coaching jadi Andalan
Ini kata-kata klien saya langsung tentang pengalaman mereka setelah mendapat coaching session dengan Solution Focused Coaching.
“Saya merasa coaching dengan coach Tom berbeda dari yang sebelumnya sangat data oriented, sangat detil dengan menggali akar masalah menjadi fokus menciptakan lingkungan yang aman di mana kita bisa melihat diri sendiri dan membuat tujuan yang lebih jelas”.
“Coaching dengan coach Tom jadi asik banget, euy. Ngga tahu gimana caranya, tapi saya merasakan setiap sesi coaching jadi lebih dekat dengan tujuan. Penjualan saya awalnya biasa-biasa, sekarang meledak banget. Pernah tembus 1000%, gila!”
So, apa yang membuat sebuah bisnis bisa tembus 1000% penjualan? Apakah ada rahasia khusus? Apa hubungan coaching dengan penjualan?
Bersyukur akhirnya saya bisa belajar langsung Solution Focus Coaching di Erickson The Art & Science of Coaching yang diselenggarakan Vanaya Coaching. Karena disana saya menemukan coaching yang sesungguhnya.
Dengan kata lain, jika saya bisa membantu klien menemukan tujuan, bukan tujuan yang dipaksakan, tapi tujuan yang muncul dari diri mereka, maka saya bisa membantu mereka termotivasi. Erickson The Art & Science of Coaching memberikan saya lebih dari sekadar tools untuk membantu klien dari dalam dengan cara yang lain selain dengan cara menggurui, menasehati atau memaksa.