Tahukah Anda 82% bisnis di dunia tutup hanya disebabkan oleh masalah cash flow? Parahnya lagi kebanyakan pebisnis tersebut, baru menyadari bahwa mereka bangkrut setelah tidak ada alternatif sumber dana lagi yang tersedia untuk membiayai bisnis mereka, sesudah sekian lama mereka menekuni bisnis, mengejar mimpi mereka semata-mata karena mereka masih melihat angka profit dalam laporan keuangannya.
Itulah kenyataan yang terjadi, sehingga mayoritas bisnis yang mengalami kebangkrutan tersebut, dilaporkan dalam kondisi profit namun tidak memiliki
cash. Mengapa bisa demikian? Jawabannya sederhana “
No Cash, No Business” (tidak ada cash, tidak ada bisnis) dan celakanya lagi, seringkali tanda-tanda bahaya akan bisnis yang mengalami masalah
cash flow tidak kelihatan sampai itu benar-benar terlambat. Pebisnis dalam banyak hal terhipnotis oleh angka profit sehingga tidak memperhatikan cash flow mereka, dan hal ini sangat berbahaya bagi kelangsungan bisnis itu sendiri (baca
5 Statisik Manakutkan Cash Flow Penyebab Kegagalan Terbesar Bisnis Anda!).
Para pebisnis dapat mengatasi masalah
cash flow yang menakutkan ini dengan memperbaiki likuiditas bisnis mereka dan menciptakan kelayakan bisnis jangka panjang, dengan mengenali dan memperhatikan secara seksama spot/daerah yang menjadi sumber permasalahan
cash flow berikut ini:
1. Pembiayaan yang Keliru.(mis-financing)
Seringkali pebisnis meminjam uang di Bank ataupun pihak lainnya dalam bentuk pinjaman Modal Kerja (
short term loan) untuk membiayai pengadaan Asset usaha yang sifatnya jangka panjang, seperti pembelian peralatan, pembelian tanah, bangun kantor, dsb.
Hal ini kurang tepat sebab praktik bisnis seperti ini akan menyedot uang
Cash keluar dari bisnis Anda dengan cepat karena dipakai untuk membiayai
Asset Anda, yang seharusnya adalah
Asset bisnis harus dapat membiayai dirinya sendiri.
Salah satu cara bagi Anda untuk mengecek apakah perusahaan Anda juga melakukan
mis-financing yang serupa adalah dengan melihat neraca perusahaan. Perhatikan angka-angka yang ditunjukkan oleh
Fixed Asset/harta tetap, Hutang Jangka Panjang, dan Laba Ditahan perusahaan.
Apabila dalam suatu periode tertentu perubahan yang terjadi pada Asset Tetap tidak sama dan tidak sejalan dengan perubahan yang terjadi pada Hutang Jangka Panjang dan atau Laba Ditahan maka itu tandanya ada indikasi terjadinya pembiayaan yang keliru (
mis-financing). Kondisi struktur hutang yang tidak tepat ini apabila dibiarkan akan menjadi suatu penyakit yang akan melemahkan dan menggerogoti keuangan perusahaan.
2. Manajemen Persediaaan (inventory management)
Didorong oleh hasrat yang kuat untuk tumbuh dan berkembang, para pebisnis kerap kali melihat peningkatan jumlah dan nilai rupiah dari persediaan barang yang dimiliki adalah sesuatu yang normal.
Apalagi ketika penambahan persediaan tersebut terjadi secara gradual dan dalam jangka waktu tertentu, sehingga tanpa disadari oleh kebanyakan pebisnis, level of inventory-nya sudah membengkak. Kondisi ini cepat atau lambat akan menggangu cash perusahaan, dan pada kenyataannya inventory adalah tempat persembunyian cash, karena dia tersembunyi makanya banyak kali tidak disadari oleh pebisnis bahwa uang cash-nya tertahan di komponen inventory perusahaan.
Salah satu cara bagi Anda untuk mengecek apakah perusahaan Anda juga melakukan
mis-financing yang serupa adalah dengan melihat neraca perusahaan. Perhatikan angka-angka yang ditunjukkan oleh
Fixed Asset/harta tetap, Hutang Jangka Panjang, dan Laba Ditahan perusahaan.
3. Musim dalam Penjualan (seasonal sales)
Sebagian besar penjualan perusahaan mengalami apa yang disebut dengan seasonal sales, dan menariknya karena faktor tersebut banyak pebisnis yang terjebak untuk memiliki persediaan yang banyak karena terdorong oleh
discount. Keadaan ini tidaklah menjadi masalah yang serius sepanjang memang
cost/cash yang dikeluarkan oleh para pebisnis terhadap persediaan tersebut tidak melebihi penghematan atas potensi cost/
cash yang diterima dari pembelian discount, namun pada kenyataannya yang sering terjadi adalah kondisi sebaliknya.
Kebanyakan pebisnis hanya bisa menghitung besarnya penghematan rupiah yang diperoleh dari discount namun lalai untuk menghitung resiko dari bertumpuknya nilai rupiah di komponen persediaan.
Sahabat entrepreneurs untuk lanjutan tulisan ini dapat dibaca pada artikel
6 Fakta Mengapa Cash Flow Pembunuh Tersembunyi Perusahaan Anda (2)