Ada seorang Pebisnis di bidang kuliner sebut saja Bapak Marlon pernah bercerita pada saya bahwa ia seringkali kekurangan uang Cash dalam bisnisnya walapun sebenarnya bisnisnya sangat menguntungkan dan kenyataannya, memang bisnisnya menikmati margin profit >50%. Lebih lanjut Bapak Marlon mengatakan, dalam banyak kesempatan ia terpaksa harus mencari pinjaman dari teman dan pihak lainnya untuk menutupi kekurangan uang Cash yang ia hadapi, dan situasi ini sungguh sangat menggangu, katanya.
Lebih lanjut Bapak Marlon mengatakan, dalam banyak kesempatan ia terpaksa harus mencari pinjaman dari teman dan pihak lainnya untuk menutupi kekurangan uang Cash yang ia hadapi, dan situasi ini sungguh sangat menggangu, katanya.
Suatu ketika, Bapak Marlon lalu mengambil pinjaman dari Bank dengan harapan untuk menutupi kekurangan uang Cash tersebut. Tapi ternyata hal ini hanya membantu untuk sementara waktu, karena begitu bisnisnya mulai tumbuh, “…semakin banyak Sales semakin ngak kelihatan uang Cash-nya”. Akhirnya Bapak Marlonpun semakin bingung dan tak habis pikir dan bertanya-tanya “…Kok bisa ya, bisnis saya untung tapi ngak ada uangnya? Apa masalahnya ya..?”
Sahabat entrepreneurs, pernahkah Anda mengalami pengalaman seperti cerita di atas? Atau bahkan bisnis Anda saat ini tengah mengalami hal serupa? Kalau demikian adanya, Anda tidak sendirian, karena sebagian besar pebisnis pernah mengalami situasi tersebut. Situasi ini dalam dunia bisnis dikenal dengan istilah Cash Shortage (kekurangan kas).
Mengapa bisa demikian? Mengapa bisnis saya untung tetapi tidak kelihatan Uangnya?
Cash Shortage terjadi karena adanya Cash Gap, yaitu situasi dimana jumlah uang Cash yang keluar untuk membeli persediaan lebih cepat/banyak dari jumlah uang Cash yang masuk dari persediaan tersebut.
[pullquote align=”normal”]Periode Piutang + Persediaan dalam Hari – Periode Hutang = Cash Gap
(Selisih Kas) dalam Hari [/pullquote]
Misalkan perusahaan kuliner Bapak Marlon di atas, perusahaan dimaksud melakukan rata-rata pembelian stok/persediaan barang per 2 bulan (60 hari) dengan rata-rata pembayaran kepada supplier sekitar 20 hari. Perusahaan ini kemudian menjual barang tersebut dengan rata-rata jangka waktu pembayaran dari customer yaitu 30 hari. Penjualan per hari perusahaan ini adalah Rp. 2 jt dengan profit margin sebesar 50%.
Dengan menggunakan formula di atas diketahui bahwa perusahaan ini mengalami Cash Gap sebesar: 30 hari + 60 hari – 20 hari = 70 hari. Grafik dibawah ini menggambarkan Cash Gap tersebut.
Artinya perusahaan kuliner Bapak Marlon ini membayar persediaan barangnya 20 hari setelah barang tersebut diterima, menahan barang tersebut selama 40 hari sebelum dijual dan kemudian menunggu lagi selama 30 hari sampai piutang diterima. Dengan demikian berarti perusahaan tersebut harus menutupi kekurangan 90 hari penjualannya atau memiliki Extra Cash untuk menutupi operasional perusahaan selama 90 hari sebelum cash dari penjualan barang perusahaan masuk
Apabila dihitung berapa banyak extra cash yang perusahaan harus sediakan untuk menutupi kekurangan cash tersebut?, maka diperoleh angka sebesar Rp. 70 jt (70 x Rp. 2jt x (1-50%). Artinya perusahaan ini harus mengeluarkan Extra Cash sebanyak Rp 70 jt untuk operasional selama 70 hari pada setiap periode setelah 20 hari barang persediaan diterima. Jumlah tersebut bukanlah jumlah yang kecil untuk perusahaan dengan volume penjualan sebesar Rp. 60 jt per bulannya.
Situasi inilah yang menyebabkan perusahaan kuliner Bapak Marlon tersebut ataupun perusahaan Anda dan atau perusahaan-perusahaan lain yang mengalami kondisi yang sama, walaupun menikmati margin profit yang tinggi tetapi senantiasa kesulitan Cash untuk operasional perusahaannya. Bahkan jika kondisi ini dibiarkan terus terjadi, semakin besar usaha Anda artinya semakin tinggi Sales Anda, maka semakin perusahaan Anda juga akan kekurangan uang.
Bagaimana bisa? Andaikan dari contoh sebelumnya, Sales perusahaan kuliner Bapak Marlon tersebut naik menjadi Rp. 120 jt per bulannya (naik 100%), maka kekurangan Cash perusahaan ini akan menjadi Rp 140 jt (70 x Rp. 4 jt x (1-50%). Hal yang samapun akan terjadi apabila Sales perusahaan naik menjadi Rp. 240 jt per bulan, maka kekurangan Cash akan meningkat pula menjadi Rp. 280 jt (70 x Rp. 8 jt x (1-50%) dan demikian seterusnya.
Jadi inilah yang terjadi dengan perusahaan kuliner Bapak Marlon yang bermaksud meminjam uang di Bank untuk menutupi Cash Gap-nya, tetapi malahan ketika usahanya semakin tumbuh bukannya masalahnya selesai tetapi semakin menjadi-jadi. Bukannya tambahan Cash dari Bank menyelesaikan masalah Cash yang ada (tambahan Cash dari Bank hanya membantu dalam jangka pendek), malahan masalah Cash yang dihadapi justru perusahaan semakin memburuk.
Mengapa? Hal ini terjadi karena masalah mendasarnya bukan berada pada banyaknya uang Cash yang dimiliki oleh suatu perusahaan tetapi pada bagaimana perusahaan mengelola uang Cash tersebut! Prioritas solusinya bukan terletak pada tambahan Extra Cash dari luar tetapi bagaimana memaksimalkan Cash Flow Management perusahaan! Itulah faktor penting yang membedakan dalam jangka panjang, mana perusahaan yang bisa sukses atau tidak.
Jadi, bagaimana dengan Anda, sudahkah Anda mengelola Cash Flow perusahaan Anda secara maksimal? Kalau belum..?, mungkin ini saatnya Anda berbenah, karena 80% – 90% perusahaan di Indonesia gagal karena bermasalah Cash Flow! (baca 5 Statistik Cash Flow Penyebab Terbesar Kegagalan Bisnis Anda). dan tentu saja Anda, tidak mau binis Anda menjadi salah satu kandidat yang akan bergabung dengan mereka bukan!
Akhirnya, jika Anda mendapati bisnis Anda mengalami kekurangan uang Cash, mungkin akan lebih bijaksana jikalau Anda memperbaiki Cash Flow Management bisnis Anda terlebih dahulu, sebelum Anda berencana untuk menambah uang Cash bisnis Anda tersebut.
Related Articles :
- Pentingnya Laporan Keuangan untuk Mengontrol Arus Cash Flow
- 5 Penyebab Terjadinya Kredit Macet
- Uang itu Membuat Seseorang bisa Sukses atau Gagal ?